Jumat, 16 Desember 2016

Resume Materi Bimbingan Konseling Prodi Pendidian Matematika IAIN Tulungagung

A.    Pengertian dan Posisi Bimbingan dan Konseling
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu dari kata “guidance. Secara harfiah kata “guidance” berasal dari kata “guide” yang berarti mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to steer). Carl Rogers mengemukakan bahwa bimbingan merupakan suatu proses untuk membantu individu agar individu tersebut dapat memecahkan masalahnya menuju kepada perkembangan psikologis dan perkembangannya.[1]
Bimbingan merupakan “helping” yang identik dengan “aiding, assisting, atau availing”, yang berarti bantuan atau pertolongan. Dalam proses bimbingan, pembimbing tidak memaksakan kehendaknya sendiri, tetapi berperan sebagai fasilitator. Individu yang dibantu adalah individu yang sedang berkembang dengan segala keunikannya. Bantuan dalam bimbingan diberikan dengan pertimbangan keragaman dan keunikan individu. Teknik bimbingan seyogyanya disesuaikan dengan pengalaman, kebutuhan, dan masalah individu. Untuk membimbing individu diperlukan pemahaman yang komprehensif tentang karakteristik, kebutuhan, atau masalah individu.[2]
Konseling merupakan terjemahan bahasa inggris dara kata “Counseling”. Ada sekelompok orang yang kurang sependapat akan penerjemahan kata counseling menjadi konseling ini, karena mereka berpendapat konseling berasal dari kata suluh, yang memiliki arti obor (penerangan). Sehingga bila demikian konseling berarti memberikan penerangan kepada orang yang belum tahu tentang sesuatu yang belum ia ketahui agar menjadi tahu. Padahal makna yang dikandung dalam istilah counseling bukan demikian. Terjemahan yang dianggap paling tepat adalah konseling, dan konseling ini merupakan ciri “profesi” konseling yang dilaksanakan di sekolah. (I Jumhur dan Moh Surya, 1975) Memberikan batasan, “Konseling merupakan salah satu teknik pelayanan dalam bimbingan secara keseluruhan, yaitu dengan memberikan bantuan secara individual (face to face relationship)”.[3]
Dalam bidang konseling terdapat berbagai aliran dan teori, yang dapat dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Ada ahli yang mengklasifikasikan konseling berdasarkan fungsinya menjadi tiga kelompok, yaitu suportif, reedukatif, dan rekonstruksi. Konseling juga dibedakan berdasarkan metodenya, yaitu metode direktif dan nondirektif. Konseling merupakan salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna bantuan di sini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu menghadapi krisis-krisis yang dialami dalam kehidupannya. Tugas konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien.[4]
Konseling merupakan salah satu teknik dalam memberikan, atau dapat dikatakan konseling merupakan bagian dari bimbingan, sehingga setiap konseling pasti merupakan bimbingan, namun sebaliknya setiap bimbingan tidak harus berupa konseling. Secara etimologis, bimbingan dan konseling terdiri dari dua kata, yaitu “bimbingan” (terjemahan dari “guidence”) dan “konseling” ( berasal  dari kata “counseling”). Dalam praktik, bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan aktivitas yang tidak terpisahkan. Keduanya merupakan bagian yang integral.[5] Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28/1990, yakni pasal 25 ayat 1 disebutkan, “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan terhadap siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenali lingkungan dan merencanakan masa depan”.
Jadi, bimbingan konseling adalah upaya pemberian bantuan kepada anak didik agar dapat memahami dirinya sehingga sanggup mengarahkan diri dan bertindak dengan baik sesuai dengan perkembangan jiwanya. Upaya ini dilakukan dengan menciptakan lingkungan perkembangan yang kondusif serta dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan.[6]
Pendidikan yang bermutu adalah pendidikan yang mengintedrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administrative dan kepemimpinan, bidang instruksional dan kurikuler, dan bidang pembinaan siswa (Bimbingan dan Konseling). Pendidikan yang hanya melaksanakan bidang administrative dan pengajaran dengan mengabaikan bidang bimbingan mungkin hanya akan bisa menghasilkan individu yang pintar dan terampil dalam aspek akademik, tetapi kurang memiliki kemampuan atau kematangan dalam aspek psikososiospiritual. Ketiga bidang utama pendidikan diatas lebih lanjut akan dijelaskan sebagai berikut :
1.      Bidang Administratif dan Kepemimpinan
Bidang ini menyangkut kegiatan pengelolaan program secara efisien. Pada bidang ini terletak tanggung jawab kepemimpinan yang terkait dengan perencanaan, organisasi, deskripsi jabatan atau pembagian tugas, supervise, dll.
2.      BIdang Instruksional dan Kurikuler
Bidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan, keterampilan, dan pengembangan sikap.
3.      Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan Konseling)
Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bantuan kepada peserta didik dalam upaya mencapai perkembangan yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya.
Ketiga bidang utama diatas merupakan kegiatan yang saling menunjang satu sama lain dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

B.     Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling
Tujuan bimbingan dan konseling adalah agar peserta didik dapat menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan. Bimbingan dalam rangka menemukan pribadi, dimaksudkan agar peserta didik mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya sendiri serta menerimanya secara positif dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Pribadi yang sehat adalah apabila peserta didik mampu menerima dirinya sebagaimana adanya dan mampu mewujudkan hal-hal yang positif sehubungan dengan penerimaan dirinya. Sedangkan bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan dimaksudkan agar peserta didik mengenal lingkungannya secara obyektif, baik lingkungan sosial ekonomi, lingkungan budaya yang sangat erat dengan  nilai-nilai dan norma-norma, maupun lingkungan fisik yang menerima berbagai kondisi lingkungan itu secara positif dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan yang meliputi keluarga, sekolah, dan lingkungan alam dan masyarakat sekitar serta lingkungan yang lebih luas diharapkan dapat menunjang proses penyesuaian diri peserta didik dengan lingkungan yang dimana ia berada dan dapat memanfaatkan kondisi lingkungan itu secara optimal untuk mengembangkan diri secara mantap berkelanjutan. Sedangkan bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan dimaksudkan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya baik yang menyangkut bidang pendidikan, bidang karir maupun bidang budaya, keluarga dan masyarakat. Melalui perencanaan masa depan ini individu diharapkan mampu mewujdkan dirinya sendiri dengan bakat, minat, intelegensi, dan kemungkinan-kemungkinan yang dimilikinya. Perwujudan diri ini diharapkan terlaksana tanpa paksaan dan tanpa ketergantungan pada pihak lain. Dan perlu diingat pula bahwa perwujudan ini haruslah sejalan dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Secara garis besar fungsi dari bimbingan dan konseling di sekolah di antaranya :[7]
1.      Fungsi Pemahaman
Merupakan fungsi bimbingan dan konseling yang membantu konseli agar memiliki pemahaman terhadap dirinya dan lingkungannya. Berdasarkan pemahaman ini, konseli diharapkan mampu mengembangkan dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
2.      Fungsi Prefentif
Merupakan fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak di alami oleh konseli. Adapun tehnik yang dapat di gunakan adalah pelayanan orientasi, informasi dan bimbingan kelompok. Beberapa masalah yang perlu di informasikan kepada para konseli dalam rangka mencegah terjadinya tingkah laku yang tidak diharapkan. Diantaranya adalah bahaya minuman keras, merokok, penyalahgunaan obat-obatan.
3.      Fungsi Pengembangan
Adalah fungsi bimbingan dan konseling yang sifatnya lebih proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang memfasilitasi perkembangan konseli. Konselor secara sinergi sebagai team work  bekerja sama merencanakan dan melaksanakan bimbingan secara sistematis dan berkesinambungan dalam upaya membantu konseli mencapai tugas-tugasnya.
4.      Fungsi Penyembuhan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli, sosial, belajar, maupun karier. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching.
5.      Fungsi Penyaluran
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli memilih kegiatan ekstrakulikuler, jurusan, dan memantapkan penguasaan karier atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, dan cirri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini konselor perlu bekerjasama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan.
6.      Fungsi Adaptasi
Adalah fungsi yang membantu para pelaksana pendidikan, kepala sekolah serta konselor untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan dan kebutuhan konseli. Dengan menggunakan informasi dalam memadai mengenai konseli, konselor, dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.
7.      Fungsi Penyesuaian
Merupakan fungsi bimbingan dan konseling dalam membantu konseli agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif.
8.      Fungsi Perbaikan
Yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu konseli sehingga dapat memperbaiki kekliruan dalam berpikir, berperasaan, dan bertindak. Konselor melakukan intervensi terhadap konseli supaya memiliki pola pikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat mengantarkan mereka kepada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif.
9.      Fungsi Fasilitas
Adalah memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai pertumbuhan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang seluruh aspek dalam konseli.
10.  Fungsi Pemeliharaan
Merupakan bimbingan dan konseling untuk membantu konseli supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktifitas diri. Pelaksanaan fungsi ini di wujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif, dan fakultatif sesuai dengan minat konseli.

C.    Prinsip dan Asas-Asas Bimbingan dan Konseling
Prinsip dipahami sebagai sebuah pedoman dalam melaksanakan suatu aktivitas. Prinsip-prinsip pelaksanaan pelayanan bimbingan dan konseling mencakup sasaran layanan. Sasaran layanan bimbingan dan konseling adalah seluruh individu yang ada di lingkungan sekolah tanpa terkecuali. Program layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan sejalan dengan program pendidikan, fleksibel, berkesinambungan, dan program evaluasi.
Terdapat beberapa prinsip dasar yang di pandang sebagai fondasi atau landasan bagi layanan bimbingan. Prinsip-prinsip ini berasal dari konsep-konsep filosofis tentang kemanusiaan yang menjadi dasar bagi pemberian layanan bantuan atau bimbingan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Prinsip-prinsip itu adalah sebagai berikut.[8]
1.      Bimbingan dan konseling diperuntukkan bagi semua individu
Prinsip ini berarti bahwa bimbingan dan konseling diberikan kepada semua individu atau peserta didik, baik yang tidak bermasalah maupun yang bermasalah, baik pria maupun wanita, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa.
2.      Bimbingan dan konseling bersifat individualisasi.
Setiap individu bersifat unik (berbeda satu sama lainnya), dan melalui bimbingan dan konseling individu dibantu untuk memaksimalkan perkembangan keunikannya tersebut. Prinsip ini juga berarti bahwa yang menjadi focus sasaran bantuan adalah individu, meskipun layanan bimbingannya menggunakan teknik kelompok.
3.      Bimbingan dan konseling menekankan hal yang positif
Bimbingan dan konseling sebenarnya merupakan proses bantuan yang menekankan kekuatan dan kesuksesan, karena bimbingan dan konseling merupakan cara untuk membangun pandangan yang positif terhadap diri sendiri, memberikan dorongan, dan peluang untuk berkembang.
4.      Bimbingan dan konseling merupakan usaha bersama
Bimbingan dan konseling bukan hanya tugas atau tanggungjawab konselor, tetapi juga tugas guru-guru dan kepala sekolah. Mereka sebagai teamwork terlibat dalam proses bimbingan dan konseling.
5.      Pengembalian keputusan merupakan hal yang esensial dalam bimbingan dan konseling
Bimbingan dan konseling diarahkan untuk membantu individu agar dapat melakukan pilihan dan mengambil keputusan. Kehidupan individu diarahkan oleh tujuannya, dan bimbingan dan konseling memfasilitasi individu mempertimbangkan, menyesuaikan diri, dan menyempurnakan tujuan melalui pengambilan keputusan yang tepat.
6.      Bimbingan dan konseling berlangsung dalam berbagai setting (adegan) kehidupan
Pemberian layanan bimbingan dan konseling tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga dilingkungan keluarga, perusahaan industri, lembaga-lembaga pemerintah/swasta, dan masyarakat pada umumnya.
7.      Siswa sebagai individu yang merupakan kebulatan.
Tingkah lakunya diwarnai oleh keadaan fisik, psikis, serta sosial dan latar belakang lainnya, demikian pula kelainan tingkah lakunya, sehingga dapat memberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya.
8.      Siswa adalah merupakan makhluk unik, artinya siswa satu dengan yang lain terdapat perbedaan-perbedaan. Sehingga dengan demikian perlu sekali dipahami sifat-sifat masing-masing siswa.[9]
Sedangkan asas bimbingan dan konseling menurut Prayitno, ada 12 (dua belas) asas yang harus menjadi dasar pertimbangan dalam kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling. Asas-asas bimbingan dan konseling itu adalah sebagai berikut :[10]
1.      Asas Kerahasiaan
Dalam kegiatan bimbingan dan konseling, kadang-kadang klien harus menyampaikan hal-hal yang sangat pribadi atau rahasia kepada konselor. Oleh karena itu konselor harus menjaga rahasia data yang diperoleh dari kliennya. Kerahasiaan data perlu dihargai dengan baik, karena hubungan menolong dalam bimbingan dan konseling hanya dapat berlangsung dengan baik jika data atau informasi yang dipercayakan kepada koselor atau guru pembimbing dapat dijamin kerahasiaannya.
2.      Asas Kesukarelaan
Dalam kegiatan bimbingan dan konseling diperlukan adanya kerjasama yang demokratis antara konselor atau guru pembimbing dengan kliennya. Kerjasama akan terjalin bilamana klien dapat dengan sukarela menceritakan serta menjelaskan masalah yang dialaminya kepada konselor.
3.      Asas keterbukaan
Asas keterbukaan merupakan asas penting bagi konselor atau guru pembimbing, karena hubungan tatap muka antara konselor dan klien merupakan pertemuan batin tanpa ada halangan. Dengan adanya keterbukaan ini dapat ditumbuhkan kecenderungan pada klien untuk membuka dirinya, untuk membuka kedok kehidupan yang menjadi penghalang bagi perkembangan psikisnya.
4.      Asas Kekinian
Pada umumnya pelayanan bimbingan dan konseling bertitik tolak darimasalah yang dirasakan klien sekarang atau kini, namun pada dasarnya pelayanan bimbingan dan konseling itu sendiri menjangkau dimensi waktu yang lebih luas. Yaitu masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang.
5.      Asas Kemandirian
Pada tahap awal proses konseling, biasanya klien menampakkan sikap yang lebih tergantung dibandingkan pada tahap akhir proses konseling. Oleh karena itu konselor dan klien harus berusaha untuk menumbuhkan sikap kemandirian itu di dalam diri klien dengan cara memberikan respon yang cermat.
6.      Asas Kegiatan
Dalam hal ini klien harus mampu melakukan sendiri kegiatan-kegiatan tersebut dalam rangka mencapai tujuan bimbingan dankonseling yang telah ditetapka. Dipihak lain konselor harus berusaha atau mendorong agar kliennya mampu melakukan kegiatan yang telah ditetapkan tersebut.
7.      Asas Kedinamisan
Keberhasilan usaha pelayanan bimbingan dan konseling ditandai dengan terjadinya perubahan sikap dan tingkah laku klien ke arah yang lebih baik. Konselor dank lien serta pihak-pihak lain diminta untuk memberikan kerjasama sepenuhnya agar pelayanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat dengan cepat menimbulkan perubahan dalam sikap dan tingkah laku klien.
8.      Asas Keterpaduan
Pelayanan bimbingan dan konseling menghendaki terjalin keterpaduan berbagai aspek dari individu yang dibimbing. Untuk itu konselor perlu bekerjasama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penanggulangan masalah yang dihadapi klien.
9.      Asas Kenormatifan
Pelayanan bimbingan dan konseling yang dilakukan hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat dan lingkungannya. Tetapi harus diingat bahwa konselor tidak boleh memaksakan nilai atau norma dianutnya kepada kliennya.
10.  Asas Keahlian
Untuk menjamin keberhasilan usaha bimbingan dan konseling, para petugas harus mendapatkan pendidikan dan latihan yang memadai. Pengetahuan, keterampilan, sikap, dan kepribadian yang ditampilkan oleh konselor atau guru pembimbing akan menunjang hasil konseling.
11.  Asas Ahli Tangan
Dalam hal ini konselor perlu mengalih tangankan (referal) klien pada pihak lain (konselor) yang lebih ahli untuk menangani masalah yang sedang dihadapi klien tersebut.
12.  Asas Tut Wuri Handayani
Oleh karena itu kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling tidak hanya dirasakan adanya pada saat klien mengalami masalah dan menghadapkannya kepada konselor atau guru pembimbing saja. Kegiatan bimbingan dan konseling harus senantiasa diikuti secara terus menerus dan aktif sampai sejauh mana klien telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

D.    Kesalahpahaman Dalam Bimbingan dan Konseling
Kesalahpahaman yang sering dijumpai di lapangan diantaranya sebagai berikut :
1.      Bimbingan dan konesling disamakan saja dengan atau dipisahkan sama sekali dari pendidikan
Ada dua pendapat yang ekstrem berkenaan dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa bimbingan dan konseling sama saja dengan pendidikan. Kedua, pendapat yang menyatakan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling harus benar-benar dilaksanakan secara khusus oleh tenaga yang benar-benar ahli dengan perlengkapan (alat, tempat, dan sarana) yang benar-benar memenuhi syarat.
Jika sekolah dengan penuh perhatian menyimak dan mengikuti kepentingan siswa, maka akan tampaklah berbagai hal yang perlu mendapat penanganan khusus demi perkembangan siswa itu secara optimal. Usaha bimbingan dan konseling dapat memainkan peran yang amat berarti dalam melayani kepentingan siswa, khususnya yang belum terpenuhi secara baik. Dalam hal ini peranan bimbingan dan konseling adalah menunjang seluruh usaha sekolah demi keberhasilan anak didik.[11]
2.      Konselor sekolah (masih) dianggap polisi sekolah
Tidak jarang seorang konselor sekolah diberi tugas untuk mengurusi dan menghakimi para peserta didik yang tidak mematuhi peraturan. Sehingga jika ada peserta didik yang dipanggil atau berurusan dengan konselor termasuk dalam kelompok, peserta didik bermasalah. Padahal pandangan tersebut keliru, konselor sekolah bukan polisi yang selalu mencurigai dan akan menangkap siapa saja yang bersalah. Konselor sekolah adalah kawan dan kepercayaan peserta didik, menjadi tempat berbagai tentang apa yang dirasakan dan dipikirkan mereka. Konselor sekolah harus berupaya untuk menjadi seorang yang bisa menunjukkan jalan, membangun kekuatan dan kemauan individu menuju kea rah yang lebih baik.
3.      Konselor dianggap dewa nasihat
Padahal bimbingan dan konseling diberikan bukan hanya semata-mata untuk memberikan nasihat, tetapi juga konseli membutuhkan pelayanan lain, seperti mendapatkan layanan informasi, bimbingan belajar, penempatan dan penyaluran. Konselor juga harus melakukan upaya-upaya tindak lanjut serta mensinkronisasikan upaya yang satu dengan upaya yang lainnya sehingga keseluruhan upaya itu menjadi suatu rangkaian yang terpadu dan berkesinambungan.[12]
4.      Bimbingan dan konseling dibatasi hanya menangani masalah yang bersifat insidental
Pada hakikatnya pelayanan bimbingan dan konseling itu menjangkau dimensi waktu yang lebih luas, yaitu yang lalu, sekarang, dan yang akan datang. Sebagai seorang konselor sebaiknya tidak hanya menunggu seorang konseli datang dan mengemukakan masalahnya. Tetapi konselor juga harus aktif dan mendatangi konseli, agar mengemukakan masalahnya.
Konselor harus terus memasyarakatkan dan membangun suasana bimbingan dan konseling serta mampu melihat hal-hal tertentu yang perlu diolah, ditanggulangi, diarahkan, dibangkitkan, dan secara umum diperhatikan demi perkembangan segenap individu (misalnya siswa di sekolah) yang menjadi tanggungjawabnya secara penuh dan menyeluruh.
5.      Bimbingan dan konseling hanya untuk konseli-konseli tertentu
Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah tidak hanya terbatas pada beberapa individu saja. Seluruh peserta didik mendapatkan hak yang sama dalam memperoleh layanan bimbingan dan konseling, kapanpun juga. Bimbingan dan konseling tidak mengenal penggolongan peserta didik berdasarkan kondisinya (misalnya jenis kelamin, kelas sosial/ekonomi, agama, suku, dan lain sebagainya).
6.      Bimbingan dan konseling melayani “orang sakit” dan atau “kurang normal”
Bimbingan dan konseling hanya melayani orang-orang normal yang mengalami masalah tertentu. Jika seseorang ternyata mengalami keabnormalan tertentu, apalagi kalau sudah bersifat sakit jiwa, maka orang tersebut sudah sepantasnya menjadi klien psikiater. Konselor yang memiliki kemampuan yang tinggi akan mampu mendeteksi dan mempertimbangkan lebih jauh tentang mantap atau kurang mantapnya fungsi-fungsi yang ada pada klien sehingga kliennya itu perlu dikirim kepada dokter atau psikiater atau tidak. Penanganan masalah oleh ahlinya secara tepat akan memberikan jasmani yang telah kuat bagi keberhasilan pelayanan.
7.      Bimbingan dan konseling bekerja sendiri
Pelayanan bimbingan dan konseling merupakan proses yang bekerja sendiri sarat dengan unsure-unsur budaya, sosial dan lingkungan. Oleh karenanya pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin menyendiri. Konselor perlu bekerja sama dengan orang-orang yang diharapkan dapat membantu penangggulangan masalah yang sedang dihadapi oleh klien.
8.      Dalam proses konseling, konselor sekolah harus aktif
Konselor sebaiknya memahami kapan perlu bicara dan kapan perlu berhenti bicara dihadapan konseli saat konseling berlangsung. Upayakan untuk member ruang dan kesempatan konseli berbicara sepenuhnya untuk menceritakan tentang apa yang dirasakan dan dipikirkannya. Lebih jauh konselor berupaya untuk menggali lebih dalam akar penyebab masalah yang sedang dihadapi konseli.
9.      Tugas dan fungsi konselor sekolah dapat dilakukan siapa saja
Stigma yang masih muncul tersebut perlu dilurskan. Bimbingan dan konseling adalah kegiatan layanan untuk membantu individu yang dilakukan oleh orang yang menguasai dan ahli dalam bidang bimbingan dan konseling. Keahlian tersebut diperoleh melalui pendidikan di perguruan tinggi, juga pengalaman-pengalaman yang diperoleh sepanjang mempelajari pendidikan dalam bidang bimbingan dan konseling. Salah satu ciri keprofesionalannya bimbingan dan konseling adalah pelayanan itu harus dilakukan oleh orang-orang yang ahli dalam bidang bimbingan dan konseling.[13]
10.  Pelayanan bimbingan dan konseling berpusat pada keluhan pertama saja
Pada umumnya usaha pemberian bantuan memang diawali dengan gejala-gejala dan atau keluhan awal yang disampaikan oleh klien. Namun demikian, jika pembahasan masalah itu dilanjutkan, dialami dan dikembangkan, sering kali ternyata bahwa masalah itu dilanjutkan, dialami dan dikembangkan, sering kali ternyata bahwa masalah yang sebenarnya sama sekali lain dari pada yang tampak atau yang dikemukakan itu. Usaha pelayanan seharusnya dipusatkan pada masalah yang sebenarnya itu. Konselor tidak boleh terpukau oleh keluhan atau masalah yang pertama disampaikan oleh klien. Konselor harus mampu menyelami masalah-masalah klien yang sebenarnya.
11.  Menyamakan pekerjaan bimbingan dan konseling dengan pekerjaan dokter atau psikiater
Pekerjaan bimbingan dan konseling tidaklah persis sama dengan pekerjaan dokter atau psikiater. Baik dokter ataupun psikiater dengan orang sakit sedangkan konselor bekerja dengan orang sehat yang sedang mengalami masalah.Cara penyembuhan yang dilakukan dokter dan psikiater adalah dengan memakai obat dan resep serta teknik pengobatan dokter atau psikiater lainnya, sedangkan bimbingan dan konseling memberikan jalan pemecahan masalah melalui pengubahan orientasi pribadi, penguatan mental/psikis, penguatan tingkah laku, pengubahan lingkungan, upaya-upaya perbaikan, serta teknik-teknik bimbingan dan konseling lainnya.
12.  Hasil pekerjaan konselor sekolah harus segera dilihat
Namun, upaya yang menyangkut aspek-aspek psikologis dan tingkah laku tidaklah dapat didesak-desakkan. Pendekatan ingin mencapai hasil segera justru mungkin dapat melemahkan upaya itu sendiri.Hal ini tidak berarti bahwa upaya bimbingan dilakukan dengan santai saja dalam menghadapi masalah konseli, sebaliknya membutuhkan upaya yang serius dan sungguh-sungguh.
13.  Menyamaratakan cara pemecahan masalah bagi semua konseling
Cara apapun yang akan dipakai dalam membantu mengatasi masalah sebaiknya perlu disesuaikan dengan kondisi pribadi konseli dan berbagai hal yang terkait dengannya. Bahkan seringkali terjadi, untuk masalah yang sama pun cara yang dipakai perlu dikaji, mendalam dapat memiliki hakikat berbeda, sehingga diperlukan cara yang berbeda untuk mengatasinya.
14.  Memusatkan usaha bimbingan dan konseling hanya pada penggunaan instrumentasi bimbingan dan konseling (misalnya tes, inventori, angket, dan alat pengungkap lainnya)
Perlu diketahui bahwa perlengkapan dan sarana utama yang pasti ada dan dapat dikembangkan pada diri konselor adalah keterampilan pribadi. Dengan kata lain, ada dan digunakan instrument (tes, inventori, angket, dan sebagainya itu) hanyalah sekedar mambantu. Ketiadaan alat-alat itu tidak boleh mengganggu, menghambat, ataupun melumpuhkan sama sekali usaha pelayanan bimbingan dan konseling. Oleh sebab itu, konselor hendaklah tidak menjadikan ketiadaan instrument seperti itu sebagai alas an atau dalih untuk mengurangi,apalagi tidak melaksanakan layanan bimbingan dan konseling sama sekali.
15.  Bimbingan dan konseling dibatasi pada hanya menangani masalah-masalah yang ringan saja
Dalam hal ini memeberikan sifat ringan atau berat kepada masalah yang dihadapi klien tidak perlu dan hal itu tidak akan membantu meringankan usaha pemecahan masalah itu sendiri. Tanpa menyebutkan bahwa masalah yang dihadapi itu berat atau ringan , tugas bimbingan dan konseling adalah menanganinya dengan cermat dan tuntas. Kadar penanganan semata-mata disesuaikan dengan pribadi klien , jenis masalah, tujuan yang ingin dicapai, kemampuan konselor, sarana yag tersedia, dan kerjasama dengan pihak-pihak lain.

E.     Pengertian dan Tujuan Layanan Dasar
Layanan dasar bimbingan adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh peserta didik mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidupnya yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan peserta didik.[14]
Layanan dasar bimbingan dan konseling bertujuanuntuk membantu semua siswa agar memperoleh perkembangan yang normal, memiliki mental yang sehat, dan memperoleh keterampilan dasar dalam hidupnya atau dengan kata lain membantu siswa agar mereka dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, kepada siswa disajikan materi layanan yang menyangkut dengan aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu siswa dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Materi layanan bimbingan dasar dapat diambil dari berbagai sumber. Materi yang diberikan selain menyangkut perkembangan sosial pribadi dan belajar, juga mater yang dipandang utama bagi siswa, yaitu yang menyangkut karir.
Terdapat beberapa strategi dalam layanan dasar bimbingan dan konseling, yaitu :
1.      Bimbingan Kelas
Program yang dirancang menuntut konselor untuk melakukan kontak langsung dengan para peserta didik di kelas. Secara terjadwal, konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada para peserta didik. Kegiatan bimbingan kelas ini bisa berupa diskusi kelas atau brain stroming (curah pendapat)
2.      Bimbingan Orientasi
Pelayanan ini merupakan suatu kegiatan yang memungkinkan peserta didik dapat memahami dan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/madrasah, untuk mempermudah atau memperlancar berperannya mereka di lingkungan baru tersebut. Pelayanan orientasi ini biasanya dilaksanakan pada awal program pelajaran baru.
3.      Pelayanana Informasi
Merupakan pemberian informasi tentang berbagai hal yang dipandang bermanfaat bagi peserta didik, melalui komunikasi langsung, maupun tidak langsung (melalui media cetak maupun elektronik, seperti : buku, brosur, leaflet, majalah, dan internet).


4.      Bimbingan Kelompok
Konselor memberikan pelayanan bimbingan kepada peserta didik melalui kelompok-kelompok kecil (5 sampai dengan 10 orang). Bimbingan ini ditujukan untuk merespon kebutuhan dan minat para peserta didik. Topik yang didiskusikan dalam bimbingan kelompok ini, adalah masalah yang bersifat umum (common problem) dan tidak rahasia, seperti : cara-cara belajar yang efektif, kiat-kiat menghadapi ujian, dan mengelola stress.

F.     Fokus Pengembangan dan Jenis-Jenis Layanan Dasar
Untuk mencapai tujuan layanan dasar, fokus perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir. Semua ini berkaitan erat dengan upaya membantu konseli dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya (sebagai standar kompetensi kemandirian).
Untuk mengembangkan potensi siswa dan membantu pemecahan masalah yang dihadapinya, perlu ada kegiatan layanan bimbingan dan konseling yang terorganisir, terprogram, dan terarah. Disamping itu dituntut keahlian dari guru pembimbing, dan tersedianya dana serta sarana yang bermasalah, kini dipusatkan kepada siswa yang normal, tidak bermasalah, jumlah terbanyak, dan potensi untuk dikembangkan. Kegiatan layanan bimbingan dan konseling terdiri dari berbagai kegiatan seperti berikut :
1.      Layanan Orientasi
Layanaan ini adalah memperkenalkan anak didik pada lingkungan yang baru dimasukinya (sekolah). Layanan orientasi diberikan kepada anak didik yang baru memasuki lingkungan sekolah, baik itu untuk anak didik yang baru kelas awal atau anak didik yang baru masuk karena pindahan dari sekolah lain. Layanan orientasi ini juga diberikan kepada semua anak didik apabila ada guru baru atau bahkan sarana dan prasarana yang baru dimiliki.[15]
Layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Dilihat dari fungsi pemahaman, layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting dari suasana yang baru saja dijumpainya. Dilihat dari fungsi pencegahan layanan orientasi bertujuan untuk membantu individu agar terhindar dari ahl-hal yang negatif yang dapat timbul apabila individu tidak memahami situasi atau lingkungannya yang baru. Dilihat dari fungsi pengembangan, apabila individu mampu menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan secara konstruktif sumber-sumber yang ada pada situasi yang baru, maka individu akan dapat mengembangkan dan memelihara potesi dirinya. Pemahaman tentang situasi yang baru dan kemampuan konstruktif memasuki suasana baru, merupakan jalan bagi pengentasan dan dalam membela hak-hak pribadi sendiri.
2.      Layanan Informasi
Layanan informasi dilakukan sepanjang tahun jika diperlukan siswa dan orang tuanya demi kemajuan studi. Karena itu layanan yang satu ini harus diprogramkan dengan baik. Tujuan layanan informasi ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada setiap anak didik tentang berbagai hal yang diperlukan dalam rangka proses belajar mengajar di sekolah. Informasi terkait dengan proses belajar mengajar ini meliputi informasi tentang peralatan apa saja yang dibutuhkan, tujuan dari belajar atau hasil yang ingin dicapai, cara belajar yang efektif, segala sesuatu yang berkaitan dengan cara berkomunikasi dan kehidupan secara sosial dan budaya, maupun berbagai hal yang berkaitan dengan pendidikan.
3.      Layanan Penempatan dan Pelayanan
Layanan bimbingan penempatan dan penyaluran adalah layanan bimbingan yang memungkinkan siswa memperoleh penempatan dan penyaluran secara tepat (misalnya penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program khusus, kegiatan ekstrakurikuler) sesuai dengan potensi, bakat, dan minat, serta kondisi pribadinya.
Layanan penempatan dan penyaluran bertujuan supaya siswa bisa menempatkan diri dalam program studi akademik dan lingkungan kegiatan non akademik yang menunjang perkembangan serta semakin merealisasikan rencana masa depan.
Prosedur dan langkah-langkah layanan penempatan dan penyaluran adalah sebagai berikut: perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut dan laporan.
4.      Layanan Penguasaan Konten
Layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun  dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar.
Di dalam makna di atas secara implicit telah ditegaskan tujuan layanan konten, yaitu agar siswa menguasai aspek-aspek konten (kemampuan atau kompetensi) tertentu secara terintegrasi. Dengan penguasaan konten oleh siswa, akan berguna untuk membawa wawasan dan pemahaman, mengarahkan penilaian dan sikap, menguasai cara-cara tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah-masalahnya.
5.      Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada individu melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok harus dipimpin oleh pemimpin kelompok yaitu konselor yang terlatih dan berwewenang menyelenggarakan praktik bimbingan konseling. Jadi dapat disimpulkan bahwa layanan bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan kepada sekelompok siswa untuk menyelesaikan secara bersama masalah-masalah yang menghambat perkembangan siswa.
Secara umum bnimbingan bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi khususnya kemampuan berkomunikasi peserta layanan. Secara lebih khusus layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap yang menunjukkan perwujudan tingkah laku yang lebih efektif yakni peningkatan kemampuan berkomunikasi baik vebal maupun nonverbal para siswa.
6.      Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok adalah suatu upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. Dengan kata lain, konseling kelompok dapat dimaknai sebagai suatu upaya pemberian bantuan kepada individu (siswa) yang mengalami masalah-masalah pribadi melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal.
Secara umum tujuan layanan koseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi siswa khususnya kemampuan berkomunikasi. Melalui layanan konseling kelompok, hal-hal yang dapat menghambat atau mengganggu sosialisasi dan komunikasi diungkap dan didinamikakan melalui berbagai teknik, sehingga kemampuan sosialisasi dan komunikasi siswa berkembang secara optimal.

G.    Pengertian dan Tujuan Layanan Responsif
Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu memeuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini.[16] Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Pada pelayanan responsive ini konselor memberikan bantuan kepada konseli yang menghadapi kebutuhan dan masalah yang memerlukan pertolongan dengan segera, sebab jika tidak segera dibantu dapat menimbulkan gangguan dalam proses pencapaian tugas-tugas perkembangan. Strategi yang digunakan adalah konseling individu, konseling kelompok, konseling krisis, konsultasi dengan orang tua, dan guru.

Isi layanan responsive adalah sebagai berikut :
1.      Bidang Pendidikan : Topik-topiknya adalah pemilihan program studi di SLTA yang sesuai dengan bakat, minat, kemampuan, dan pemilihan program studi lanjutan di perguruan tinggi.
2.      Bidang Belajar : Topik-topiknya adalah cara belajar efektif dan cara mengatasi kesulitan belajar.
3.      Bidang Sosial : Topik-topiknya adalah cara memilih teman yang baik, cara memelihara persahabatan yang baik, dan cara mengatasi konflik dengan teman.
4.      Bidang Pribadi : Topik-topiknya adalah pembetukan identitas karier, pengenalan karakteristik dan lingkungan pekerjaan, dan pembentukan pola karier.
5.      Bidang Disiplin : Topik-topiknya adalah pengenalan tata tertib sekolah dan pengembangan sikap serta perilaku disiplin.
6.      Bidang Narkotika : Topik-topiknya adalah pengenalan bahaya penggunaan narkotika dan pencegahan terhadap bahaya narkotika.
7.      Bidang Perilaku seksual : Topik-topiknya adalah pengenalan bahaya perilaku seks bebas, serta pencegahan perilaku seks bebas.
Tujuan layanan responsif adalah membantu konseli agar dapat memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu memenuhi kebutuhannya dan memecahkan masalah yang dialaminya atau membantu konseli yang mengalami hambatan, kegagalan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Tujuan pelayanan ini juga dapat dikembangkan sebagai upaya untuk mengintervensi masalah-masalah atau kepedulian pribadi konseli yang muncul segeera dan dirasakan saat itu. Hal tersebut berkenaan dengan masalah sosial pribadi, karir, atau masalah pengembangan pendidikan.

H.    Fokus Pengembangan dan Jenis-Jenis Layanan Responsif
Fokus pengembangan layanan responsive bergantung kepada masalah atau kebutuhan konseli. Masalah dan kebutuhan konseli berkaitan dengan keinginan untuk memahami sesuatu hal karena dipandang penting bagi perkembangan dirinya secara positif. Kebutuhan ini seperti kebutuhan untuk memperoleh informasi antara lain tentang pilihan karir dan program studi, sumber-sumber belajar, bahaya obat terlarang, minum minuman keras, narkotika, pergaulan bebas.
Masalah lainnya adalah yang berkaitan dengan berbagai hal yang dirasakan mengganggu kenyamanan hidup atau menghambat perkembangan diri konseli, karena tidak terpenuhi kebutuhannya, atau gagal dalam mencapai tugas-tugas perkembangan. Masalah konseli pada umumnya tidak mudah diketahui secara langsung tetapi dapat dipahami melalui gejala-gejala perilaku ditampilkan.
Untuk memahami kebutuhan dan masalah konseli, konselor dapat melakukan assesmen dan analisis perkembangan konseli, dengan menggunakan berbagai tehnik, misalnya inventori tugas-tugas perkembangan (ITP), angket konseli, wawancara, observasi, sosiometri, daftar hadir konseli, psikotes dan daftar masalah konseli atau alat ungkap masalah (AUM).[17]
Sedangkan untuk jenis-jenis layanan responsive adalah sebagai berikut :
1.      Konseling Individual dan Kelompok
Ditujukan untuk membantu peserta didik yang mengalami kesulitan, hambatan dalam mencapai tugas-tugas perkembangannya. Melalui konseling, peserta didik (Konseli) dibantu untuk mengidentifikasi masalah, penyebab masalah, penemuan alternatif, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan secara lebih tepat.
2.      Referal (Rujukan atau Alih Tangan)
Apabila konselor merasa kurang memiliki kemampuan untuk menangani masalah, maka sebaiknya dia mengalihtangankan konseli kepada pihak lain yang berwenang.
3.      Kolaborasi dengan Guru Mata Pelajaran atau Wali Murid
Konselor berkolaborasi dengan guru dan wali kelas dalam rangka memperoleh informasi tentang peserta didik, membantu memecahkan masalah, peserta didik, dan mengidentifikasi aspek-aspek bimbingan yang dapat dilakukan oleh guru mata pelajaran.
4.      Kolaborasi dengan Orang Tua
Konselor perlu melakukan krjasama dengan para orang tua peserta didik. Kerjasama ini penting agar proses bimbingan terhadap peserta didik tidak hanya berlangsung di sekolah/madrasah, tetapi juga oleh prang tua di rumah.
5.      Kolaborasi dengan Pihak-Pihak Terkait  Di Luar Sekolah/Madrasah
Yaitu berkaitan dengan upaya sekolah/madrasah untuk menjalin kerjasama dengan unsure-unsur masyarakat yang dipandang relevan dengan peningkatan mutu pelayanan bimbingan.
6.      Konsultasi
Konselor menerima pelayanan konsultasi bagi guru, orang tua, atau pihak pimpinan sekolah/madrasah yang berkaitan dengan upaya mambangun kesamaan persepsi dalam memberikan bimbingan kepada para peserta didik, menciptakan lingkungan sekolah/madrasah yang kondusif bagi perkembangan peserta didik, melakukan referral, dan meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
7.      Bimbingan Teman Sebaya
Bimbingan teman sebaya adalah bimbingan yang dilakukan oleh peserta didik terhadap peserta didik yang lainnya. Peserta didik yang menjadi pembimbing berfungsi sebagai mentor atau tutor yang membantu peserta didik lain dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, baik akademik maupun non-akademik.
8.      Konferensi Kasus
Yaitu kegiatan untuk membahas permaslahan peserta didik dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan, kemudahan, dan komietmen bagi terentaskannya permasalahan peserta didik itu.
9.      Kunjungan Rumah
Yaitu kegiatan untuk memperoleh data atau keterangan tentang peserta didik tertentu yang sedang ditangani, dalam upaya mengentaskan masalahnya, melalui kunjungan ke rumahnya.

I.       Pengertian dan Tujuan Perencanaan Individual
Layanan perencanaan individual adalah layanan bantuan yang diberikan kepada semua siswa agar mampu membuat dan melaksanakan  perencanaan masa depannya, berdasarkan pemahaman akan kekuatan dan kelemahan dirinya.[18] Perencanaan individual diartikan sebagai bantuan kepada peserta didik agar mampu merumuskan dan melakukan aktivitas yang berkaitan dengan perencanaan masa depan berdasarkan pemahaman akan kelebihan dan kekurangan dirinya, serta pemahaman akan peluang dan kesempatan yang tersedia di lngkungannya. Pemahaman peserta didik secara mendalam dengan segala karakteristiknya, penafsiran hasil assesmen, dan penyediaan informasi yang akurat sesuai dengan peluang dan potensi yang dimiliki peserta didik amat diperlukan sehingga peserta didik mampu memilih dan mengambil keputusan ang tepat di dalam mengembangkan potensinya secara optimal, termasuk keberbakatan dan kebutuhan khusus peserta didik.
Dalam perencanaan individual, konselor memberikan layanan kegiatan kepada peserta didik secara sistematik dan berkelanjutan kepada peserta didik mengenai perancangan atau pengembangan perencanaan peserta didik untuk menetapkan tujuan pribadi, dan perencanaan mereka dimasa depan meliputi karir, pendidikan, maupun sosial pribadi.
Dalam komponen ini siswa mengevaluasi tujuan edukasional, okupasional dan tujuan personal mereka.Konselor membantu siswa membuat pilihan dari sekolah ke sekolah, sekolah ke pekerjaan, maupun sekolah ke pendidikan tinggi atau karir setelah mereka lulus dari suatu sekolah.
Isi layanan perencanaan individual ini adalah sebagai berikut :
1.      Bidang Pendidikan : Topik-topiknya adalah perencanaan belajar dan perencanaan studi lanjutan.
2.      Bidang Karier : Topik-topiknya meliputi perencanaan pekerjaan, perencanaan jabatan, perencanaan kunjungan ke perusahaan-perusahaan dan perencanaan waktu luang untuk kegiatan yang produktif.
3.      Bidang Sosial Pribadi : Topik-topiknya adalah perencanaan pengembangan konsep diri yang positif, serta perencanaan pengembangan keterampilan-keterampilan sosial yang tepat.
Layanan perencanaan individual bertujuan untuk membantu peserta didik agar memiliki pemahaman tentang diri dan lingkungannya, mampu merumuskan tujuan terhadap perkembangan dirinya, dan dapat melakukan kegiatan berdasarkan rencana yang telah dirumuskannya.
Tujuan perencanaan individual dapat juga dirumuskan sebagai upaya memfasilitasi konseli untuk meencanakan, memonitor, dan mengelola rencana pendidikan, karier, dan pengembangan sosial pribadi oleh dirinya sendiri. Isi layanan perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan konseli untuk dapat memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Meskipun perencanaan individual ditujukan untuk memadu seluruh konseli, pelayanan yang diberikan lebih bersifat individual karena didasarkanatas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing individu. Melalui pelayanan perencanaan individu, pesrta didik diharpkan :
1.      Mempersiapkan diri untuk mengikuti pendidikan lanjutan, merencanakan karier, dan mengembangkan kemampuan sosial pribadi yang didasarkan atas pengetahuan akan dirinya, informasi tentang sekolah atau madrasah.
2.      Menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya dalam rangka pencapaian tujuan.
3.      Mengukur tingkat pencapaian tujuan dirinya.
4.      Mengambil keputusan yang merefleksikan perencanaan dirinya.


J.      Fokus Pengembangan dan Jenis-Jenis Perencanaan Individual
Fokus pelayanan perencanaan individual berkaitan erat dengan pengembangan aspek akademik, karier, dan sosial pribadi. Secara rinci, cakupan focus tersebut antara lain mencakup pengembangan aspek akademik yang meliputi memanfaatkan keterampilan belajar, melakukan pemilihan pendidikan lanjutan atau pendidikan jurusan, memilih kursus atau tambahan yang tepat, dan memahami nilai belajar sepanjang hayat. Yang kedua adalah karier meliputi mengeksplorasi peluang-peluang karier, mengeksplorasi latihan-latihan pekerjaan, memahami kebutuhan untuk kebiasaan bekerja yang positif dan yang ketiga adalah sosial pribadi meliputi pengembangan keterampilan sosial yang efektif.
Aspek fokus pengembangan merupakan bidang-bidang bimbingan dan konseling sehingga dalam memberikan pelayanan semua aspek dapat terlaksana dari aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Strategi implementasi program untuk pelayanan perencanaan individual dapat dilakukan melalui pelayanan penempatan penyaluran untuk membentuk peserta didik menempati posisi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Konselor membantu peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh.
Perencanaan individual bagi peserta didik diimplementasikan melalui beberapa strategi sebagai berikut :
1.      Penilaian Individual atau Kelompok (Individual or small group Apprasial)
Yang dimaksud dengan penilaian ini adalah konselor bersama peserta didik menganalisis dan menilai kemampuan, minat, keterampilan, dan prestasi belajar peserta didik. Dapat juga dikatakan bahwa konselor membantu peserta didik menganalisis kekuatan dan kelemahan dirinya, yaitu yang menyangkut pencapaian tugas-tugas perkembangannya, atau aspek-aspek pribadi, sosial, belajar, dan karier. Melalui kegiatan ini, peserta didik akan memiliki pemahaman, penerimaan, dan pengarahan dirinya secara positif dan konstruktif.
2.      Individual or small Group Advicement
Konselor memberikan nasihat kepada peserta didik atau memanfaatkan hasil penilaian tentang dirinya, atau informasi tentang pribadi, sosial, pendidikan dan karier yang diperoleh untuk merumuskan tujuan, dan merencanakan kegiatan (alternatif kegiatan) yang menunjang pengembangan dirinya, atau kegiatan yang berfungsi untuk memperbaiki kelemahan dirinya, lalu melakukan kegiatan yang sesuai dengan tujuan atau perencanaan yang telah ditetapkan, dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukannya.

K.    Pengertian dan Tujuan Dukungan Sistem
Program dukungan system adalah kemampuan system manajemen bimbingan dan konseling untuk meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh. Dukungan sistemini dikembangkan melalui kegiatan layanan pendukung, seperti himpunan data, pengembangan professional dan alih tangan kasus. Dukungan system adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, serta meningkatkan program bimbingan dan konseling. Komponen dukungan sistem membantu staf atau personal bimbingan dan konseling dalam melaksanakan layanan dasar bimbingan responsive dan perencanaan individual.[19]
Dukungan sistem yaitu kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan program bimbingan secara menyeluruh melalui pengembangan professional, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf atau ahli atau penasihat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan.
Berdasarkan hal tersebut dukungan sistem merupakan salah satu bentuk strategi dalam implementasi program bimbingan dan konseling yang secara tidak langsung memberikan bantuan atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli, dengan cara memperlancar penyelenggaraan layanan dasar, responsive, dan perencanaan individual.
Dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling, manajemen pelayanan bimbingan dan konseling dapat berarti proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan aktivitas-aktivitas pelayanan bimbingan dan konseling dan penggunaan sumber daya sumber daya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dukungan sistem merupakan komponen pelayanan dan kegiatan manajemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya teknologi informatika dan komunikasi) dan pengembangan kemampuan professional konselor secara berkelanjutan, yang secara tidak langsung memberikan bantuan kepada konseli atau memfasilitasi kelancaran perkembangan konseli.
Program ini memberikan dukungan kepada konselor dalam memperlancar penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling. Dukungan sistem yang membantu konselor dalam mengembangkan kemampuan profesionalnya sebagai seorang konselor misalnya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan bimbingan dan konseling. Sedangkan bagi personal pendidikan lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah/madrasah.
Dengan adanya pengembangan jejaring (network) akan mempermudah guru pembimbing dalam melaksanakan dukungan sistem karena guru pembimbing bukan satu-satunya penyelenggara bimbingan dan konseling. Dengan melakukan kolaborasi maka guru pembimbing akan lebih mudah mendapat informasi yang dibutuhkan mulai dari orang tua, guru mata pelajaran dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan konseli.[20]
Strategi pelayanan program untuk bidang pelayanan ini adalah sebagai berikut :


1.      Pengembangan Profesi
Konselor secara terus menerus berusaha untuk memperbaharui pengetahuan dan keterampilannya melalui, (a) in service training, (2) aktif dalam organisasi profesi, (c) aktif dalam kegiatan-kegiatan ilmiah, seperti seminar dan workshop (lokakarya), atau (d) melanjutkan sekolah ke program yang lebih tinggi (Pascasarjana).
2.      Manajemen Program
Program pelayanan bimbingan dan konseling tidak mungkin akan tercipta, terselenggara, dan tercapai bilatidak memiliki suatu sistem manajemen yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Oleh karena itu, bimbingan dan konseling harus ditempatkan sebagai bagian terpadu dari seluruh program sekolah/madrasah dengan dukungan wajar dalam aspek ketersediaan sumber daya manusia (konselor), maupun sarana, dan pembiayaan.
3.      Riset dan Pengembangan
Strategi melakukan penelitian, mengikuti kegiatan profesi dan mengikuti aktivitas peningkatan profesi serta kegiatan pada organisasi profesi.
Tujuan dukungan sistem yaitu untuk memberikan dukungan kepada guru pembimbing dalam memperlancar penyelenggraan layanan diatas. Sedangkan bagi personal pendidik lainnya adalah untuk memperlancar penyelenggaraan program pendidikan di sekolah.

L.     Fokus Pengembangan dan Jenis-Jenis Dukungan Sistem
Fokus Pengembangan layanan dukungan sistem, diantaranya :
1.      Pengembangan Jejaring (networking)
Pengembangan jejaring (networking) disini menjadi salah satu fokus pengembangan layanan dukungan sistem. Karena, diharapkan konselor bisa mengoptimalkan kinerjanya dengan kolaborasi bersama personal lain mulai dari guru, orang tua hingga masyarakat sehingga program-program bimbingan dankonseling bisa berjalan dengan baik. Selain itu,konselor bisa dengan mudah mendapatkan informasi yang lebih banyak yang berkaitan dengan konseli.
2.      Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen merupakan berbagai upaya untuk memantapkan, memelihara, dan meningkatkan mutu program bimbingan dan konseling melalui kegiatan-kegiatan.
3.      Riset dan Pengembangan
Strategi ini dilaksanakan dengan cara melakukan penelitian, mengikuti kegiatan profesi dan mengikuti aktifitas peningkatan profesi serta kegiatan pada organisasi profesi. Kegiatan riset dan pengembangan ini dilaksanakan secara berkelanjutan dan diharapkan hasilnya bisa untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan yang diteliti.
Strategi atau cara yang dilakukan guna untuk mengembangkan suatu layanan dukungan sistem antara lain :
1.      Konselor harus berusaha secara terus-menerus atau berkelanjutan untuk memperbarui pengetahuan dan keterampilannya, sehingga bisa dengan mudah membantu konseli memecahkan masalah.
2.      Konselor perlu berkolaborasi dengan guru, orang tua, staf sekolah lainnya, masyarakat, institusi pemerinta maupun swasta untuk memperoleh informasi dan umpan balik tentang layanan bantuan yang telah diberikan kepada konseli (siswa), menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi perkembangan siswa, melakukan referral, serta meningkatkan kualitas program bimbingan dan konseling.
3.      Memaksimalkan pengolahan/manajemen program agar bisa terlaksana dengan baik, sitematis, terarah sehingga dapat menghasilkan suatu program layanan yang bermutu.





DAFTAR PUSTAKA


A, Hallen. 2002. Bimbingan  Konseling Islam. (Jakarta: CiputatPress)
Amti, Erman ; Prayitno. 2015. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. (Jakarta: Rineka Cipta)
Azzet, Akhmad Muhaimin. 2011. Bimbingan Konseling di Sekolah. (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media)
Febrian, Deni. 2011. Bimbingan Konseling. (Yogyakarta: TERAS)
Kartadinata, Sunaryo. 2007. Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. (Jakarta: Rineka Cipta)
Mu’awanah, Elfi. 2004. Bimbingan Konseling. (Jakarta: PT. Bina Ilmu)
Tohirin. 2014. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi). (Depok: Rajagrafindo)
Yusuf, Syamsu ; Nurihsan, Juntika. 2012. Landasan Bimbingan dan Konseling. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)



[1] Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 3.
[2] Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 6-7.
[3] Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 5.
[4] Ibid…, hal. 8-9.
[5] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah (Berbasis Integrasi), (Depok: Rajagrafindo, 2014), hal. 15.
[6] Akhmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 10-11.
[7] Deni Febriani, Bimbingan Konseling, (Yogyakarta: TERAS, 2011), hal. 14-17
[8] Syamsu Yusuf dan Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hal. 17
[9] Elfi Mu’awanah, Bimbingan Konseling, (Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), hal. 6-7
[10] Hallen A, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hal. 64-74
[11] Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hal. 121-122
[12] Ibid…, hal. 123
[13] Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), hal. 127
[14] Achmad Juntika Nurihsan, Strategi Layanan Bimbingan Konseling, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), hal. 27
[15] Akhmad Muhaimin Azzet, Bimbingan Konseling di Sekolah, (Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2011), hal. 61
[16] Achmad Juntika Nurihsan , Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), hal. 33
[17] Sunaryo Kartadinata, Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007), hal. 25-26
[18] Yusuf Syamsu dan Achmad Juntika Nurihsan, Landasan Bimbingan dan Konseling, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2014), hal. 30
[19] Ahmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: PT. Refika Aditaman,2009), hal. 47
[20] Syamsu Yusuf, Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (SLTP dan SLTA), (Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2006), hal. 74

0 komentar:

Posting Komentar